Dalam (Fadhiila, Sunarso, and Aji 2016) dijelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis menjadi penting, ketika kita harus hidup dalam masyarakat
yang majemuk. Kemampuan berpikir ini akan membuat siswa tidak dengan mudah
melakukan penghinaan atau penilaian yang salah terhadap kelompok-kelompok yang
tidak satu aliran dengan mereka. Oleh karena itu diperlukan sebuah pendidikan
multikultural yang juga dapat membantu siswa meningkatkan kemmapuan berpikir
kritis. Masalah-masalah yang dirancang bagi siswa akan membuat pemahamannya
tentang keberagaman bertambah. Sebagai upaya pemahaman terhadap keberagaman diperlukan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis akan
membantu dalam upaya-upaya penyelesaian masalah. Guru dan siswa membutuhkan bahan ajar yang dapat digunakan secara
praktis. Tidak hanya praktis, bahan ajar tersebut juga mampu dengan efektif
mengaktifkan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir kritis akan membuat
siswa mampu berpikir secara logis. Melalui cara berpikir logis siswa akan mampu
menganalisis kondisi sekitar. Siswa akan lebih mampu memahami lingkungannya dan
bersikap sebagaimana fungsinya sebagai anggota masyarakat.
Dalam (Novikasari
2009) dijelaskan bahwa salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada
pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa.
Hal ini nampak dari rerata hasil belajar siswa yang senantiasa masih sangat
memprihatinkan. Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis
penelitian terhadap rendahnya hasil belajar siswa, hal tersebut disebabkan
proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada
pembelajaran ini kelas cenderung teacher centeredsehingga siswa pasif. Guru hanya
menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain, tanpa
dilakukan strategi pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif.
Dalam (Fakhriyah, -,
and Roysa 2016) dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran
dalam upaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas harus dimulai dari sekolah
dasar. Pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di
tingkat selanjutnya, haruslah mampu berfungsi mengembangkan potensi diri siswa
dan juga sikap serta kemampuan dasar yang diperlukan siswa untuk hidup dalam
masyarakat, terutama untuk menghadapi perubahan -perubahan dalam masyarakat,
baik dari sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial maupun budaya, di tingkat
lokal maupun global. Pendidikan mengharapkan bahwa melalui proses pembelajaran
yang sering menghadapkan siswa dalam suatu permasalahan, kemampuan pemecahan
masalah siswa akan berkembang. Belajar hafalan kurang memberdayakan kemampuan
berpikir siswa, sehingga implikasinya adalah kemampuan pemecahan masalah siswa
tidak dapat berkembang secara optimal. Salah satu upaya menyiapkan generasi yang
berkualitas ditingkat pendidikan dasar, maka siswa perlu dibekali dengan
membiasakan budaya berpikir kritis dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan pembelajaran tematik. Hal ini sesuai dengan
amanat kurikulum 2013 pada sekolah dasar, bahwa pelaksanaan proses pembelajaran
menggunakan pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan scientific. Pembelajaran
tematik meskipun agak rumit, sebenarnya mudah diterapkan dalam pembelajaran
siswa sekolah dasar. Dengan pembelajaran tematik siswa diharapkan dapat
mengembangkan kemampuannya dalam mengolah kreativitasnya dalam belajar agar menjadi
lebih bermakna dan dapat mengasah kecerdasan anak. Selain dengan konsep
pembelajaran tematik terpadu, diperlukan juga model pembelajaran yang dapat
membuat siswa aktif, kritis, mampu memecahkan masalah dan menggabungkan
beberapa konsep. Salah satunya adalah model pembelajaran problem based
instruction dengan pendekatan scientific dimana dalam pendekatan scientific
terdapat aktivitas seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Dalam pendekatan ini diharapkan siswa mampu
berpikir kritis dan analitis. Model pembelajaran problem- based instruction
(PBI) dapat membantu siswa berlatih untuk dapat menggunakan berbagai konsep,
prinsip dan keterampilan yang telah dipelajari atau sedang dipelajarinya untuk
memecahkan masalah bahkan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan
penerapan model PBI, banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa. Sehingga
memotivasi siswa untuk bisa menemukan dan memahami konsep dengan pembelajaran
tematik. Selain itu, kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda-beda,
tergantung pada stimulus atau latihan yang sering dilakukan. Kemampuan berpikir
kritis tidak dapat berkembang seiring dengan perkembangan jasmani tiap
individu. Dengan melatih dan membiasakan berpikir kritis, diharapkan siswa
mampu membedakan antara informasi yang baik dan buruk, serta dapat mengambil
keputusan yang tepat dan tanggung jawab terhadap informasi yang didapatkannya
melalui berpikir kritis. Sehingga siswa dapat mencapai kemampuan berpikir
tingkat tinggi (higher levels of thinking). Untuk analisis kemampuan berpikir
kritis siswa meliputi; kemampuan mengidentifikasi dan menganalisis masalah,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menentukan solusi yang tepat. Hal itu
dapat teramati dari aktivitas siswa mengajukan pertanyaan, memberi saran dan
mengemukakan pendapat pada proses pembelajaran berlangsung dengan empat aspek
berpikir kritis yang digunakan, yaitu memberikan penjelasan sederhana,
kemampuan menganalisis sebab- akibat, kemampuan membandingkan dan membedakan,
serta kemampuan menyimpulkan.
Dalam (Hartini 2017) dijelaskan bahwa pendidikan merupakan salah
satu aspek penting untuk mewujudkan kehidupan manusia yang maju dan sejahtera.
Hal ini dikarenakan kesejahteraan bukan lagi bersumber pada sumber daya alam
dan modal yang bersifat fisik, tetapi juga sumber daya pada modal intelektual
dan sosial. Berdasarkan hasil observasi di sekolah dasar, saat ini proses
pembelajaran masih menggunakan model-model pembelajaran yang konvensional
seperti ceramah dan penugasan. Sehingga proses pembelajaran berlangsung monoton
serta siswa kurang dapat mengeksplorasi kemampuan yang ada pada dirinya. Selain
itu penggunaan media pembelajaran juga masih sangat jarang. Hal ini menunjukkan
bahwa proses pembelajaran yang digunakan belum mampu menampung serta
memfasilitasi seluruh kemampuan belajar tiap siswa yang berbeda satu sama lain.
Perlu adanya pembenahan serta kreativitas supaya pembelajaran dapat lebih
menarik siswa sebagai subjek utama pembelajaran dan mengembangkan kemampuan
berpikir kritis pada siswa. Penggunaan model project based learning diharapkan
dapat member kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam membangun empat pilar pembelajaran, karena pemahaman siswa dapat
meningkat (learning to know) melalui proses bekerja ilmiah (learning to do)
yang dilakukan secara kolaboratif (learning to live together), sehingga
kemandirian belajar pada siswa akan tercapai (learning to be).
Dalam (Vasarhelyi
2017) dijelakan bahwa tujuan pembelajaran yang diharapkan belum tercapai.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan peneliti menawarkan model Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan kritis peserta didik.
Pembahasan
Hasil pengembangan bahan ajar kelas IV berbasis
PBL bermuatan pendidikan multikultural telah divalidasi dan dalam kategori
valid. Pembelajaran dengan perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP dan bahan
ajar menunjukkan dapat dilaksanakan dengan baik. Respon siswa mengenai
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar sangat positif dan merupakan
pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga dapat diisimpulkan bahwa pengembangan
perangkat pembelajaran tersebut memenuhi kriteria praktis. Implementasi
pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe STAD bermuatan
pendidikan karakter pada materi pecahan desimal kelas V efektif. Hasil
penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan model
cooperative learning tipe STAD bermuatan pendidikan karakter pada materi
pecahan desimal kelas V ini menghasilkan perangkat pembelajaran yang memenuhi
kriteria valid, praktis, dan efektif. (Fadhiila,
Sunarso, and Aji 2016)
Pengembangan pembelajaran matematika open-ended
dengan model student centered di kelas untuk dapat meningkatkan daya kritis
anak, dibutuhkan seorang guru yang kreatif. Problem oleh guru diformulasikan
sehingga memiliki multijawaban benar, artinya problem disusun secara tak
lengkap atau disebut juga problem terbuka. Kegiatan pembelajaran harus dapat
membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga
banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan
pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Problem open-ended
beracuan pada tipe pengetahuan, tingkat kompleksitas berpikir matematika dan
tingkat berpikir kreatif pada berbagai dimensi (kelancaran/kefasihan,
fleksibilitas, kompleksitas dan kreativitas). Dasar-dasar pengembangan daya
kritis berupa keinginaan untuk bernalar, keinginan untuk ditantang, dan hasrat
untuk mencari kebenaran dapat dilatih dengan memberi problem matematis secara
kontinu oleh guru. (Novikasari
2009)
Berpikir adalah bertanya, bukan berarti orang
yang diam tidak bertanya. Jadi dalam kegiatan bertanya itu apakah dalam hati
atau mengeluarkan pertanyaan pada saat belajar, maka seseorang itu sudah
dikatakan menggunakan kemampuan berpikirnya. Cara mengoptimalkan kemampuan
berpikir kritis pelajar terhadap materi pelajaran, penggunaan bahasa,
menggunakan struktur logika berpikir logis, menguji kebenaran ilmu pengetahuan,
dan pengalaman dari berbagai aspek akan memberikan ganjaran kepada mereka untuk
menjadi pelajar yang mandiri. Kemampuan
berpikir kritis yang dikembangkan dengan penerapan pembelajaran tematik model
pembelajaran PBI meliputi kemampuan memberikan penjelasan secara sederhana,
kemampuan memberikan penjelasan lanjut, kemampuan membandingkan dan membedakan
serta kemampuan menyimpulkan. Pada kelas eksperimen kemampuan berpikir kritis
yang dimilki siswa telah berkembang dengan baik, akan tetapi masih ada beberapa
beberapa siswa yang tergolong mempunyai kemampuan berpikir kritis cukup.
Beberapa siswa yang tergolong mempunyai kemampuan berpikir kritis cukup
disebabkan siswa merasa sulit dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan guru.
Siswa masih bingung dan belum tepat dalam menganalisis sebab-akibat pada pokok
materi menjelaskan sikap-sikap yang harus dilakukan baik oleh warga sekitar
maupun para pengunjung dalam melestarikan tempat wisata dan selama berada di
tempat wisata dan menjelaskan dampak kerusakan yang terjadi terhadap
kesejahteraan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. (Fakhriyah, -,
and Roysa 2016)
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan,
penggunaan model project based learning sesuai dengan komponen pembelajaran
yangideal bagi siswa. Dengan pemilihan rancangan strategi yang dapat
disesuaikan dengan kondisi kelas, guru dapat mengakomodir berbagai kemampuan
siswa. Penggunaan project based learning dalam pembelajaran ini juga diharapkan
mampu mengatasi permasalahan yang dialami anak diantaranya: 1) memiliki
prestasi rendah; 2) mempunyai daya ingat rendah; 3) kurang memperhatikan; 4)
mempunyai kecepatan belajar yang lebih lambat dibandingkan teman yang lain; 5)
membutuhkan rangsangan yang lebih banyak untuk mengerjakan tugas; dan 6)
mengalami masalah adaptasi dan hubungan sosial di kelas. Pertama, dengan
strategi model project based learning, jiwa kompetitif anak akan terpacu dengan
sistem berkelompok, guru harus menyiapkan rubrik penilaian yang cermat sehingga
prestasi belajar siswa dapat terukur sesuai kemampuannya. Kedua, dengan belajar
proyek anak akan mengingat lebih lama dikarenakan informasi dia peroleh
berdasarkan pengalaman langsung. Ketiga, dengan model ini anak akan fokus pada
proyek bersama dan berkoordinasi dengan teman kelompoknya untuk memecahkan
proyek yang diberikan guru. Keempat, dengan strategi pembelajaran ini anak juga
terbantu dengan diskusi dan tentor teman sebaya. Kelima, rangsangan diberikan
berupa media-media konkrit yang disampaikan oleh guru. Terakhir, dengan model
ini anak akan melakukan interaksi sosial yang menuntutnya untuk terlibat aktif
selama pembelajaran, diperlukan peran serta teman yang aktif pula dalam
mengajak sesama temannya berpartisipasi, dengan demikian anak akan memiliki
kemampuan sosial yang baik pula. Demikianlah model project based learning dapat
dijadikan pilihan model yang dapat dimodifikasi dalam rancangan strategi
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. (Hartini 2017)
Peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan
menerapkan model problem based learning menunjukan keberhasilan yang sangat
memuaskan karena mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap siklusnya.
Untuk peningkatan tes kemampuan berpikir kritis pada siklus pertama awalnya
hanya satu indikator yang mncapai tingkat kekritisan “kritis” dan empat
indikator lainya adalah “cukup kritis”. Akan tetapi, pada saat melakukan
tindakan pada siklus kedua mengalami peningkatan karena ke empat indikator
telah mencapai tingkat kekritisan “kritis” dan satu indikator “cukup kritis”.
Selanjutnya dilakukan tindakan pada siklus ketiga peningkatan tes berpikir
kritis mencapai tujuan yang diharapkan karena pada tindakan siklus tiga tes
kemampuan berpikir kritis sangat memuaskan yaitu dari kelima indikator yang
disusun semua berhasil karena mencapai taraf kekritisan “kritis” bahkan satu
indikator mencapai tingkat kekritisan “sangat kritis” hal ini menunjukan bahwa
nilai yang diperoleh sangat memuaskan dan terjadi peningkatan yang signifikan
sehingga tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran telah tercapai. (Vasarhelyi
2017)
Kesimpulan
Peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan
menerapkan model problem based learning menunjukan keberhasilan yang sangat memuaskan
karena mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap siklusnya. model
project based learning dapat dijadikan pilihan model yang dapat dimodifikasi
dalam rancangan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Model pembelajaran problem based instruction pada subtema
keindahan alam negeriku dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis lebih
baik daripada model pembelajaran langsung. Respon siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar sangat
positif dan merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga dapat
diisimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran tersebut memenuhi
kriteria praktis.
DAFTAR
PUSTAKA
Fadhiila, Hayunita Niki, Ali Sunarso, and Mahardika Prasetya
Aji. 2016. “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Problem Based Learning Bermuatan
Pendidikan Multikultural Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar.” Jpe 5 (1): 74–80.
Fakhriyah, Fina, Sumaji -, and Mila Roysa.
2016. “Pengaruh Model Problem Based Instruction Dalam Mengembangkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Konseling Gusjigang 2 (1):
74–80. https://doi.org/10.24176/jkg.v2i1.559.
Hartini, Ayu. 2017. “PENGEMBANGAN PERANGKAT
PEMBELAJARAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Ayu Hartini S2-Pendidikan Dasar Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya Email : Ayuhartini.New@gmail.Com PENDAHULUAN” 1:
6–16.
Novikasari, Ifada. 2009. “Pengembangan
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Open-Ended Di
Sekolah Dasar.” Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 14 (2): 346–64.
https://media.neliti.com/media/publications/72862-ID-pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-s.pdf.
Vasarhelyi, Miklos. 2017. “Penerapan Model
Problem Based Learning” XI (1): 82–99.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar