Selasa, 17 Desember 2019

SUDAH BOSAN DENGAN YANG LAMA, INGIN MENCOBA YANG BARU



            Sudah pensiun jadi pelajar sekolah teringat dengan hal yang jarang diterapkan dalam system pengajaran sekolah. Wajib belajar 9 tahun tapi, seperti tidak menjadikan soft skill (keterampilan) kita berkembang, meningkat, bahkan beberapa dari kita merasa tidak memiliki soft skill dalam dirinya.
            Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Kira-kira letak masalahnya dimana? Letak masalahnya, terdapat pada system pengajaran yang monoton atau hanya memfokuskan pada materi saja, tanpa mementingkan adanya praktek. Berdasarkan salah satu sumben yaitu Kompas Beyond Blogging mengatakan bahwa “Pendidikan dalam kegiatan pembelajaran tidak mempunyai inovasi didalam penyampaian pembelajaran, supaya pembelajaran tidak membosankan dan tujuan pembelajaran tercapai”. Selain itu, Bapak Joko Widodo sebagai presiden kita juga mengutarakan tanggapannya mengenai sistem pindidikan, beliau mengatakan "kalau tidak kira rombak dan ubah secara total system pendidikan di Indonesia, maka dibutuhkan 128 tahun untuk bisa menyamai negara-negara maju saat ini sebagaimana yang ditulis oleh seorang professor dari Harvard” kata preside Jokowi menanggapi ungkapan seorang peserta dari ruang guru yang hadir dalam acara Peringatan Hari Sumpah Pemuda, di istana kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Sabtu pagi (28/10/2018). Pendidika khususnya guru dalam penyampaian yang monoton, tidak menggairahkan peserta didik untuk mengikuti berlangsungnya pembelajaran.
            Seharusnya pendidik selalu berinovasi atau variasi dalam menyampaikan materi karena bertujuan untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Namun, faktanya diera sekarang ini para pengajar lebih mementingkan atau terfokus pada materi dan tugas. Sebagai contoh nyata dikehidupan sekarang ini adalah para pengajar terlalu sering membahas latihan soal, lalu siswa akan berpikir latihan soal tersebut yang akan muncul, mereka pun akan mengahafal pola latihan soal tersebut  tetapi, dasar dari materi pelajarannya tidak dipahami dengan baik. Akhirnya, ketika diberikan latihan dengan soal yang sma dengan pola yang berbeda, siswa tersebut tidak begitu menguasai soal tersebut. Hal ini disebabkn oleh system pengajaran yang monoton, sehingga siswa menjadi kurang menguasai sebuah materi. Disekolah siswa bukan hanya diajarkan menjawab soa tetapi, juga diajarkan untuk melatih potensi dalam pengembangan ketrampilan diri.
            Apakah hanya dengan materi dan tugas dapat membentuk soft skill? Tentu tidak. Jika demikian, maka siswa akan mengalami kesulitan saat mengembangkan kemampuannya dibidang apa pun. Inilah yang menjadi masalah bagi para siswa di masa sekarang dan di masa yang akan datang, siswa tidak mampu mengembangkan hasil dari pembelajaran. Selain itu, tanpa adanya soft skill maka seseorang akan merasa tidak percaya diri dan merasa pesimis bila bertemu orang lain yang memiliki soft skill. Karena sejatinya setiap orang pasti memiliki soft skill di dalam dirinya, dan untuk mendapatkan hal tersebut siswa perlu berkreasi, bukan hanya sekedar materi dan tugas terus menerus.
            Harapanya, adanya kebijakan yang diterapkan oleh kepala sekolah berupa system pengajaran oleh guru yang mengutamakan pengembangan soft skill didalam diri siswa, sehingga selain kemampuan akademik siswa juga memiliki kemampuan soft skill yang baik.

Minggu, 17 November 2019

Kemampuan Berpikir Kritis



 Pendahuluan

Dalam (Fadhiila, Sunarso, and Aji 2016) dijelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis menjadi penting, ketika kita harus hidup dalam masyarakat yang majemuk. Kemampuan berpikir ini akan membuat siswa tidak dengan mudah melakukan penghinaan atau penilaian yang salah terhadap kelompok-kelompok yang tidak satu aliran dengan mereka. Oleh karena itu diperlukan sebuah pendidikan multikultural yang juga dapat membantu siswa meningkatkan kemmapuan berpikir kritis. Masalah-masalah yang dirancang bagi siswa akan membuat pemahamannya tentang keberagaman bertambah. Sebagai upaya pemahaman terhadap keberagaman diperlukan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis akan membantu dalam upaya-upaya penyelesaian masalah. Guru dan siswa membutuhkan bahan ajar yang dapat digunakan secara praktis. Tidak hanya praktis, bahan ajar tersebut juga mampu dengan efektif mengaktifkan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir kritis akan membuat siswa mampu berpikir secara logis. Melalui cara berpikir logis siswa akan mampu menganalisis kondisi sekitar. Siswa akan lebih mampu memahami lingkungannya dan bersikap sebagaimana fungsinya sebagai anggota masyarakat.
Dalam (Novikasari 2009) dijelaskan bahwa salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa. Hal ini nampak dari rerata hasil belajar siswa yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar siswa, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini kelas cenderung teacher centeredsehingga siswa pasif. Guru hanya menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain, tanpa dilakukan strategi pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif.
Dalam (Fakhriyah, -, and Roysa 2016) dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran dalam upaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas harus dimulai dari sekolah dasar. Pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di tingkat selanjutnya, haruslah mampu berfungsi mengembangkan potensi diri siswa dan juga sikap serta kemampuan dasar yang diperlukan siswa untuk hidup dalam masyarakat, terutama untuk menghadapi perubahan -perubahan dalam masyarakat, baik dari sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial maupun budaya, di tingkat lokal maupun global. Pendidikan mengharapkan bahwa melalui proses pembelajaran yang sering menghadapkan siswa dalam suatu permasalahan, kemampuan pemecahan masalah siswa akan berkembang. Belajar hafalan kurang memberdayakan kemampuan berpikir siswa, sehingga implikasinya adalah kemampuan pemecahan masalah siswa tidak dapat berkembang secara optimal. Salah satu upaya menyiapkan generasi yang berkualitas ditingkat pendidikan dasar, maka siswa perlu dibekali dengan membiasakan budaya berpikir kritis dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan pembelajaran tematik. Hal ini sesuai dengan amanat kurikulum 2013 pada sekolah dasar, bahwa pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan scientific. Pembelajaran tematik meskipun agak rumit, sebenarnya mudah diterapkan dalam pembelajaran siswa sekolah dasar. Dengan pembelajaran tematik siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengolah kreativitasnya dalam belajar agar menjadi lebih bermakna dan dapat mengasah kecerdasan anak. Selain dengan konsep pembelajaran tematik terpadu, diperlukan juga model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, kritis, mampu memecahkan masalah dan menggabungkan beberapa konsep. Salah satunya adalah model pembelajaran problem based instruction dengan pendekatan scientific dimana dalam pendekatan scientific terdapat aktivitas seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Dalam pendekatan ini diharapkan siswa mampu berpikir kritis dan analitis. Model pembelajaran problem- based instruction (PBI) dapat membantu siswa berlatih untuk dapat menggunakan berbagai konsep, prinsip dan keterampilan yang telah dipelajari atau sedang dipelajarinya untuk memecahkan masalah bahkan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan penerapan model PBI, banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa. Sehingga memotivasi siswa untuk bisa menemukan dan memahami konsep dengan pembelajaran tematik. Selain itu, kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda-beda, tergantung pada stimulus atau latihan yang sering dilakukan. Kemampuan berpikir kritis tidak dapat berkembang seiring dengan perkembangan jasmani tiap individu. Dengan melatih dan membiasakan berpikir kritis, diharapkan siswa mampu membedakan antara informasi yang baik dan buruk, serta dapat mengambil keputusan yang tepat dan tanggung jawab terhadap informasi yang didapatkannya melalui berpikir kritis. Sehingga siswa dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking). Untuk analisis kemampuan berpikir kritis siswa meliputi; kemampuan mengidentifikasi dan menganalisis masalah, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menentukan solusi yang tepat. Hal itu dapat teramati dari aktivitas siswa mengajukan pertanyaan, memberi saran dan mengemukakan pendapat pada proses pembelajaran berlangsung dengan empat aspek berpikir kritis yang digunakan, yaitu memberikan penjelasan sederhana, kemampuan menganalisis sebab- akibat, kemampuan membandingkan dan membedakan, serta kemampuan menyimpulkan.
Dalam (Hartini 2017) dijelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek penting untuk mewujudkan kehidupan manusia yang maju dan sejahtera. Hal ini dikarenakan kesejahteraan bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi juga sumber daya pada modal intelektual dan sosial. Berdasarkan hasil observasi di sekolah dasar, saat ini proses pembelajaran masih menggunakan model-model pembelajaran yang konvensional seperti ceramah dan penugasan. Sehingga proses pembelajaran berlangsung monoton serta siswa kurang dapat mengeksplorasi kemampuan yang ada pada dirinya. Selain itu penggunaan media pembelajaran juga masih sangat jarang. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang digunakan belum mampu menampung serta memfasilitasi seluruh kemampuan belajar tiap siswa yang berbeda satu sama lain. Perlu adanya pembenahan serta kreativitas supaya pembelajaran dapat lebih menarik siswa sebagai subjek utama pembelajaran dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Penggunaan model project based learning diharapkan dapat member kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam membangun empat pilar pembelajaran, karena pemahaman siswa dapat meningkat (learning to know) melalui proses bekerja ilmiah (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning to live together), sehingga kemandirian belajar pada siswa akan tercapai (learning to be).
Dalam (Vasarhelyi 2017) dijelakan bahwa tujuan pembelajaran yang diharapkan belum tercapai. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan peneliti menawarkan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan kritis peserta didik.
Pembahasan
Hasil pengembangan bahan ajar kelas IV berbasis PBL bermuatan pendidikan multikultural telah divalidasi dan dalam kategori valid. Pembelajaran dengan perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP dan bahan ajar menunjukkan dapat dilaksanakan dengan baik. Respon siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar sangat positif dan merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga dapat diisimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran tersebut memenuhi kriteria praktis. Implementasi pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe STAD bermuatan pendidikan karakter pada materi pecahan desimal kelas V efektif. Hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe STAD bermuatan pendidikan karakter pada materi pecahan desimal kelas V ini menghasilkan perangkat pembelajaran yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. (Fadhiila, Sunarso, and Aji 2016)
Pengembangan pembelajaran matematika open-ended dengan model student centered di kelas untuk dapat meningkatkan daya kritis anak, dibutuhkan seorang guru yang kreatif. Problem oleh guru diformulasikan sehingga memiliki multijawaban benar, artinya problem disusun secara tak lengkap atau disebut juga problem terbuka. Kegiatan pembelajaran harus dapat membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Problem open-ended beracuan pada tipe pengetahuan, tingkat kompleksitas berpikir matematika dan tingkat berpikir kreatif pada berbagai dimensi (kelancaran/kefasihan, fleksibilitas, kompleksitas dan kreativitas). Dasar-dasar pengembangan daya kritis berupa keinginaan untuk bernalar, keinginan untuk ditantang, dan hasrat untuk mencari kebenaran dapat dilatih dengan memberi problem matematis secara kontinu oleh guru. (Novikasari 2009)
Berpikir adalah bertanya, bukan berarti orang yang diam tidak bertanya. Jadi dalam kegiatan bertanya itu apakah dalam hati atau mengeluarkan pertanyaan pada saat belajar, maka seseorang itu sudah dikatakan menggunakan kemampuan berpikirnya. Cara mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis pelajar terhadap materi pelajaran, penggunaan bahasa, menggunakan struktur logika berpikir logis, menguji kebenaran ilmu pengetahuan, dan pengalaman dari berbagai aspek akan memberikan ganjaran kepada mereka untuk menjadi pelajar yang mandiri. Kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan dengan penerapan pembelajaran tematik model pembelajaran PBI meliputi kemampuan memberikan penjelasan secara sederhana, kemampuan memberikan penjelasan lanjut, kemampuan membandingkan dan membedakan serta kemampuan menyimpulkan. Pada kelas eksperimen kemampuan berpikir kritis yang dimilki siswa telah berkembang dengan baik, akan tetapi masih ada beberapa beberapa siswa yang tergolong mempunyai kemampuan berpikir kritis cukup. Beberapa siswa yang tergolong mempunyai kemampuan berpikir kritis cukup disebabkan siswa merasa sulit dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan guru. Siswa masih bingung dan belum tepat dalam menganalisis sebab-akibat pada pokok materi menjelaskan sikap-sikap yang harus dilakukan baik oleh warga sekitar maupun para pengunjung dalam melestarikan tempat wisata dan selama berada di tempat wisata dan menjelaskan dampak kerusakan yang terjadi terhadap kesejahteraan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. (Fakhriyah, -, and Roysa 2016)
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, penggunaan model project based learning sesuai dengan komponen pembelajaran yangideal bagi siswa. Dengan pemilihan rancangan strategi yang dapat disesuaikan dengan kondisi kelas, guru dapat mengakomodir berbagai kemampuan siswa. Penggunaan project based learning dalam pembelajaran ini juga diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dialami anak diantaranya: 1) memiliki prestasi rendah; 2) mempunyai daya ingat rendah; 3) kurang memperhatikan; 4) mempunyai kecepatan belajar yang lebih lambat dibandingkan teman yang lain; 5) membutuhkan rangsangan yang lebih banyak untuk mengerjakan tugas; dan 6) mengalami masalah adaptasi dan hubungan sosial di kelas. Pertama, dengan strategi model project based learning, jiwa kompetitif anak akan terpacu dengan sistem berkelompok, guru harus menyiapkan rubrik penilaian yang cermat sehingga prestasi belajar siswa dapat terukur sesuai kemampuannya. Kedua, dengan belajar proyek anak akan mengingat lebih lama dikarenakan informasi dia peroleh berdasarkan pengalaman langsung. Ketiga, dengan model ini anak akan fokus pada proyek bersama dan berkoordinasi dengan teman kelompoknya untuk memecahkan proyek yang diberikan guru. Keempat, dengan strategi pembelajaran ini anak juga terbantu dengan diskusi dan tentor teman sebaya. Kelima, rangsangan diberikan berupa media-media konkrit yang disampaikan oleh guru. Terakhir, dengan model ini anak akan melakukan interaksi sosial yang menuntutnya untuk terlibat aktif selama pembelajaran, diperlukan peran serta teman yang aktif pula dalam mengajak sesama temannya berpartisipasi, dengan demikian anak akan memiliki kemampuan sosial yang baik pula. Demikianlah model project based learning dapat dijadikan pilihan model yang dapat dimodifikasi dalam rancangan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. (Hartini 2017)
Peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menerapkan model problem based learning menunjukan keberhasilan yang sangat memuaskan karena mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap siklusnya. Untuk peningkatan tes kemampuan berpikir kritis pada siklus pertama awalnya hanya satu indikator yang mncapai tingkat kekritisan “kritis” dan empat indikator lainya adalah “cukup kritis”. Akan tetapi, pada saat melakukan tindakan pada siklus kedua mengalami peningkatan karena ke empat indikator telah mencapai tingkat kekritisan “kritis” dan satu indikator “cukup kritis”. Selanjutnya dilakukan tindakan pada siklus ketiga peningkatan tes berpikir kritis mencapai tujuan yang diharapkan karena pada tindakan siklus tiga tes kemampuan berpikir kritis sangat memuaskan yaitu dari kelima indikator yang disusun semua berhasil karena mencapai taraf kekritisan “kritis” bahkan satu indikator mencapai tingkat kekritisan “sangat kritis” hal ini menunjukan bahwa nilai yang diperoleh sangat memuaskan dan terjadi peningkatan yang signifikan sehingga tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran telah tercapai. (Vasarhelyi 2017)
Kesimpulan
Peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menerapkan model problem based learning menunjukan keberhasilan yang sangat memuaskan karena mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap siklusnya. model project based learning dapat dijadikan pilihan model yang dapat dimodifikasi dalam rancangan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran problem based instruction pada subtema keindahan alam negeriku dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis lebih baik daripada model pembelajaran langsung. Respon siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar sangat positif dan merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga dapat diisimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran tersebut memenuhi kriteria praktis.

  

DAFTAR PUSTAKA
Fadhiila, Hayunita Niki, Ali Sunarso, and Mahardika Prasetya Aji. 2016. “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Problem Based Learning Bermuatan Pendidikan Multikultural Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” Jpe 5 (1): 74–80.
Fakhriyah, Fina, Sumaji -, and Mila Roysa. 2016. “Pengaruh Model Problem Based Instruction Dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Konseling Gusjigang 2 (1): 74–80. https://doi.org/10.24176/jkg.v2i1.559.
Hartini, Ayu. 2017. “PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Ayu Hartini S2-Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Email : Ayuhartini.New@gmail.Com PENDAHULUAN” 1: 6–16.
Novikasari, Ifada. 2009. “Pengembangan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Open-Ended Di Sekolah Dasar.” Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 14 (2): 346–64. https://media.neliti.com/media/publications/72862-ID-pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-s.pdf.
Vasarhelyi, Miklos. 2017. “Penerapan Model Problem Based Learning” XI (1): 82–99.


Selasa, 12 November 2019

Google Classroom_TI Kelompok 2 Ang.2019A

Hal-hal yang berkaitan dengan materi Kelas 1 Tema 2 Subtema 2 Kegemaranku_Gemar Bernyanyi dan Menari untuk tingkat SD dapat di akses dengan menggunakan link di bawah ini.

https://classroom.google.com/h
https://classroom.google.com/u/1/w/NDcyMTIyNjE5NzJa/t/all

Jika berminat untuk bergabung dalam kelas kami "Kelompok 2" silahkan memasukan:
class code : zhn9e
























Jumat, 20 September 2019

Mengapa Harus Rumah Belajar?


Saya sudah membuka portal rumah belajar. Untuk itu, saya ingin menyampaikan pendapat saya megenai portal rumah belajar dari Kemendikbud ini sebagai salah satu solusi dalam pembelajaran atau berbasis E-Learning. Rumah Belajar adalah portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antar komunitas. Rumah Belajar hadir sebagai bentuk inovasi pembelajaran di era industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat. Dengan menggunakan Rumah Belajar, kita dapat belajar di mana saja, kapan saja dengan siapa saja. Seluruh konten yang ada di Rumah Belajar dapat diakses dan dimanfaatkan secara gratis. Saat ini sudah ada sekitar 192.229 guru dan 485.862 siswa dalam poral rumah belajar dari Kemdikbud. Mengapa harus Rumah Belajar? Apa sebebnarnya kelebihan dari Rumah Belajar ini? Apakah sangat bermanfaat bagi peserta didik?

Di Rumah Belajar kita bisa menjelajahi berbagai hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tanpa perlu mengeluarkan uang yang banyak, seperti :

  • Kelas Digital

Sebuah Learning Management System (LMS) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi proses pembelajaran virtual atau tanpa tatap muka antara guru dan siswa. Dengan fitur ini, guru dapat memberikan bahan ajar yang dapat diakses dan dibagikan oleh siswa dalam bentuk digital kapan saja dan di mana saja. Sehingga, belajar jarak jauh saat ini tidak menjadi masalah karena sdh ada fitur kelas digital.
  • Sumber Belajar

Fitur yang menyajikan materi ajar bagi siswa dan guru berdasarkan kurikulum. Materi ajar disajikan secara terstruktur dengan tampilan yang menarik dalam bentuk gambar, video, animasi, simulasi, evaluasi, dan permainan. Sumber belajar juga menyediakan materi belajar interaktif mulai dari TK, SD, SMP bahkan SMA sederajat yang dilengkapi pula dengan latihan dan test 
  • Bank Soal
Fitur kumpulan soal dan materi evaluasi siswa yang dikelompokkan berdasarkan topik ajar. Tersedia juga berbagai akses soal latihan, ulangan, dan ujian. Bapak/Ibu guru juga dapat membuat soal dengan fitur bank soal ini. 
  • Laboratorium Maya
Fitur simulasi praktikum laboratorium yang disajikan secara interaktif dan menarik, dikemas bersama lembar kerja siswa dan teori praktikum. Di Laboratorium maya bias belajar bereksperimen baik biologi, kimia, fisika dan matematika tanpa harus ke laboratorium.

            Selain itu, Rumah Belajar memiliki partner-partner dalam menunjang aktivitas pembelajaran di dalamnya. Seperti, m-edukasi, tv edukasi, P4TK IPA, P4TK BAHASA, P4TK MATEMATIKA, LP3TK KPTK dan lainnya. Sudah banyak juga testimoni atau bahkan pendapat guru ataupun peserta didik bahwa Rumah Belajar sangat bagus dan pantas menjadi salah satu sarana berbasis TI yang dapat menunjang proses pembelajaran peserta didik. Jadi, Rumah Belajar sebagai portal belajar yang bias di akses kapan saja dan dimana saja secara gratis di belajar.kemendikbud.go.id dan Rumah Belajar dilengkapi banyak fitur menarik serta mudah digunakan bagi peserta didik dan guru sehingga proses pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien. Rumah Belajar ini bagus digunakan sebagai sarana belajar bagi peserta didik. Saya sangat mengapresiasi sarana belajar dari Kemendikbud ini. Semoga Rumah Belajar ini dapat ditingkatkan lagi baik fitur, materi dan lainnya.

 

https://belajar.kemdikbud.go.id/

PROFIL SMA NEGERI 9 KENDARI

http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil/798f2b14-8173-416f-a784-d97316c2a596

                Perkenalkan nama saya Masni Baida. Saya alumni salah satu SMA di Kota Kendari. Saya lulusan SMA Negeri 9 Kendari tahun 2019. Saya ingin mengenalkan lebih jauh tentang profil sekolah saya.

·         VISI MISI
1.      VISI
Mewujudkan sekolah yang memiliki keunggulan dalam prestasi, berwawasan lingkungan, dan menguasai IPTEK yang berlandaskan Iman dan Taqwa.
2.      MISI
A.    Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan menyenangkan serta melaksanakan penilaian secara komprehensif, berkelanjutan, jujur dan transparan sehingga GSA (Gain Score Achievement) yang dicapai setiap tahun meningkat.
B.     Meningkatkan kualitas pembelajaran dan ekstrakurikuler dalam rangka menguasai IPTEK dan membekali siswa dengan lifeskill.
C.     Meningkatkan disiplin, kesadaran dan ketaatan berperilaku dan berpenampilan sesuai tata tertib sekolah serta semangat keunggulan pada seluruh warga sekolah serta semangat keunggulan pada seluruh warga sekolah dalam belajar, bekerja dan berkarya.
D.    Menciptakan lingkungan sekolah yang berbudaya, aman, tertib dan berciri masyarakat belajar.
E.     Melaksanakan ibadah dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama yang dianut dalam kehidupan sehari-hari.
Identitas Sekolah
NPSN : 40403136
Status : Negeri
Bentuk Pendidikan : SMA
Status Kepemilikan : Pemerintah Pusat
SK Pendirian Sekolah :
Tanggal SK Pendirian :
SK Izin Operasional : -
Tanggal SK Izin Operasional :

Kontak Utama
Alamat : JL. DIPONEGORO NO. 108
RT / RW : 0 / 0
Dusun : -
Desa / Kelurahan : Benu-Benua
Kecamatan : Kec. Kendari Barat
Kabupaten : Kota Kendari
Provinsi : Prov. Sulawesi Tenggara
Kode Pos : 93123
Lintang : -3.9671570
Bujur : 122.5666050

Data Pelengkap
Kebutuhan Khusus Dilayani : Tidak ada
Nama Bank : BRI
Cabang KCP/Unit : -
Rekening Atas Nama : SMAN 9 Kendari
Luas Tanah Milik : 4758
Luas Tanah Bukan Milik : 0

Data Rinci
Status BOS : Bersedia Menerima
Waku Penyelenggaraan : Pagi
Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat
Sumber Listrik : PLN
Daya Listrik : 7000
Akses Internet : Telkom Speedy
Data PTK dan PD
Uraian
Guru
Tendik
PTK
PD
Laki-laki
Perempuan
Total
7
Keterangan :
  • Data Rekap Per Tanggal 18 September 2019
  • Penghitungan PTK adalah yang sudah mendapat penugasan, berstatus aktif dan terdaftar di sekolah induk.
  • Singkatan :
    1. PTK = Guru ditambah Tendik
    2. PD = Peserta Didik
Data Sarpras
No
Jenis Sarpras
Jumlah
1
Ruang Kelas
2
Ruang Laboratorium
3
Ruang Perpustakaan
Total


Data Sanitasi
No
Nama Variabel
Uraian
1
Kecukupan air
                           Cukup
2
Sekolah memproses air sendiri
                           Tidak
3
Air minum untuk siswa       
                   Tidak disediakan
4
Mayoritas membawa air minum
                             Ya
5
Jumlah toilet berkebutuhan khusus
                              0
6
Sumber air sanitasi
                           Pompa
7
Ketersediaan air di lingkungan sekolah
                             Ya
8
Tipe jamban
        Leher angsa (toilet duduk/jongkok)
9
Apakah sabun dan air mengalir pada tempat cuci tangan
                             Ya
10
Jamban dapat digunakan
                              12
11
Jamban tidak dapat digunakan
                              2
Data Rombongan Belajar
SMAN 9 KENDARI memiliki jumlah rombel sebanyak 29, dengan uraian sebagai berikut:
Uraian
Rombel 10
Rombel 11
Rombel 12
L
P
Tot
L
P
Tot
L
P
Tot
Jumlah